TEORI PERTUMBUHAN KOTA
A. Teori Ruang Kota
Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari
bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi
kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk
kota ada dua macam yaitu geometri dan organik. Berikut dua macam pertumbuhan
kota secara geometri yakni:
- Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik.
- Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan nongeometrik.
B.
Morfologi Kota
Terdapat beberapa pandangan
yang berkaitan dengan perubahan suatu kawasan dan sekitarnya sebagai bagian
dari suatu kawasan perkotaan yang lebih luas, menurut Gallion dalam buku ¡¨The
Urban Pattern¡¨ disebutkan bahwa perubahan suatu kawasan dan sebagian kota
dipengaruhi letak geografis suatu kota. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
perubahan akibat pertumbuhan daerah di kota tersebut, apabila terletak di
daerah pantai yang landai, pada jaringan transportasi dan jaringan hubungan
antar kota, maka kota akan cepat tumbuh sehingga beberapa elemen kawasan kota
akan cepat berubah.
Dalam proses perubahan yang menimbulkan distorsi (mengingat skala perubahan
cukup besar) dalam lingkungan termasuk didalamnya perubahan penggunaan lahan
secara organik, terdapat beberapa hal yang bisa diamati yaitu :
1.
Pertumbuhan
terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit atau terus menerus.
2.
Pertumbuhan
yang terjadi tidak dapat diduga dan tidak dapat diketahui kapan dimulai dan
kapan akan berakhir, hal ini tergantung dari kekuatan-kekuatan yang melatar
belakanginya.
3.
Proses
perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang berlangsung
tahap demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif dan
berkesinambungan.
4.
Perubahan
yang terjadi mempunyai kaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada
dalam populasi pendukung.
5.
Faktor-faktor
penyebab perubahan lainya adalah vision (kesan), optimalnya kawasan, penataan
yang maksimal pada kawasan dengn fungsi-fungsi yang mendukung, penggunaan
struktur yang sesuai pada bangunan serta komposisi tapak pada kawasan.
(Cristoper Alexander, A New Theory Of Urban Design, 1987, 14:32-99).
Sampai saat ini pertumbuhan kota-kota
di dunia telah mengalami pertumbuhan yang pesat seiring majunya pertumbuhan
globalisasi yang memungkinkan manusia melakukan perancangan-perancangan
bangunan yang modern, serta perancangan tata ruang. Seperti kita ketahui perencanaan tata ruang merupakan metode-metode yang digunakan oleh sektor publik untuk mengatur penyebaran penduduk dan
aktivitas dalam ruang yang skalanya bervariasi.
Di Indonesia konsep perencanaan tata ruang mempunyai
kaitan erat dengan konsep pengembangan wilayah. Konsep pengembangan wilayah
telah dikembangkan antara lain oleh Sutami pada era 1970-an, dengan gagasan
bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif akan mampu mempercepat terjadinya
pengembangan wilayah, juga Poernomosidhi (era transisi) memberikan kontribusi
lahirnya konsep hirarki kota-kota yang hirarki prasarana jalan melalui Orde
Kota. Selain konsep perancangan tata ruang, pada tahun 1980-an Ruslan Diwiryo
memperkenalkan kepada publik konsep pola dan strukur ruang yang kemudian
menjadi inspirasi lahirnya lahirnya UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang.
Sehingga konsep perkembangan wilayah mulai diarahkan sekitar tahun 90-an.
C.
Ruang Terbuka
Ian C. Laurit mengelompokkan ruang
terbuka sebagai berikut :
1. Ruang terbuka sebagai sumber
produksi.
2. Ruang terbuka sebagai
perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia (cagar alam, daerah budaya dan
sejarah).
3. Ruang terbuka untuk kesehatan,
kesejahteraan dan kenyamanan
·
Ruang
terbuka memiliki fungsi :
1.
Menyediakan
cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di pusat kota.
2.
Menghadirkan
kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban scane) terutama
dikawasan pusat kota yang padat.
3.
Menyediakan
arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus.
4.
Melindungi
fungsi ekologi kawasan.
5.
Memberikan
bentuk solid foid pada kawasan.
6.
Sebagai
area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area pengembangan).
menurut cara
pandang sistem ruang kota atau permukiman terdapat empat unsur-unsur ruang yang
saling berkaitan dan mendukung (Doxiadis 1968), yaitu
1. unsur ruang
pusat (central part);
2. unsur ruang
homogin (homogeneous part);
3. unsur ruang
khusus (special part);
4. unsur
jaringan sirkulasi (circulatory part).
D.
Pola kota papan catur
Pola kota
papan catur yang populer disebut grid-iron pattern atau grid-pattern.
Pola kota ini ditemukan, pertama kali digunakan sebagai pola kota Mohenjo Daro,
wilayah sebelah barat India kuno (Stanislawski, 1946). Secara teoritis pemakaian
pola ini didasari atas dua macam pertimbangan (Stanislawski, 1946): Pertama,
adalah alasan efisiensi penggunaan ruang, berkaitan dengan anggapan bahwa
bangunan pada umumnya berbentuk persegi (rectangular). Kedua, adalah
alasan berkaitan dengan penyiapan jalan untuk keperluan barisan prosesi
memanjang dan lurus (straight processional street). Dari Mohenjo Daro,
pola kota ini menyebar ke berbagai wilayah, ke arah barat ke negara-negara
Timur Tengah, seperti Yunani dan Romawi serta kemudian, ke negara Eropa lainnya,
danke arah timur, meliputi bagian India lainnya, dan Cina. Penyebaran tersebut
juga disertai segenap konsepsi, nilai manfaat strategis beserta persyaratannya.
Selanjutnya, Stanislawski (1946) merumuskan beberapa butir pokok pola kota
papan catur berikut ini: Pertama, pola kota papan catur dikembangkan
sebagai bagian dari pemusatan kekuasaan yang mengendalikan segi-segi kehidupan
masyarakat (centralized control), terutama kontrol pemanfaatan tanah. Kedua,
pola kotakota yang baru dibangun sekaligus, dan tidak pernah untuk diterapkan
dalam kasus pembangunan kembali (redevelopment) kota lama. Ketiga,
pola papan catur dapat diterapkan dalam pembangunan kota-kota satelit atau kota
berstatus koloni, seperti layaknya kotakota. Keempat, pola ini cocok
untuk menyiapkan gubahan ruang kota yang menghendaki bagian-bagian ruang yang
seragam bentuk dan ukurannya, terutama untuk bangunan gedung berbentuk
rektangular. Kelima, agar pemanfaatan pola kota ini dapat memenuhi
harapan, maka penguasaan konsepsi dan pengetahuan dibalik wujud fisik dan
spasial pola kota papan catur dipergunakan hanya pada entitas induk dan anak
permukiman adalah sangat penting.
E.
Pola ruang kota berpusat dan melingkar
Pola tengah dan lingkaran tepian kota (centered and
circular pattern) sebenarnya merupakan gambaran sederhana tentang gejala
keruangan kota memusat, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor
ekonomis, politis, dan budaya. Pada era praindustri, gejala keruangan kota juga
bisa dikaitkan dengan fungsi pokok kota, seperti fungsi politik, ekonomi,
agama, dan pendidikan. Pola sirkular, yang lahir kemudian merupakan upaya
alternatif untuk menghindari pola ruang geometris yang cenderung kaku kurang
individual, namun kemudian pemanfaatan pola sirkular untuk mewadahi pandangan
kosmologis. Paham ini bahkan menempatkan penguasa atau raja pada kedudukan
puncak pada pusat lingkaran pengaruh kuasa, yang dikenal dengan lingkar mandala.
Konsep kosmologis dalam penataan kota atau permukiman selalu dikaitkan dengan
agama dan kebudayaan Hindu, Budha, India, dan Cina. Tata ruang kosmologis
merupakan bagian kelompok tata ruang simbolis dan menjadi utama dalam
pengejawantahan nilai-nilai budaya. Dominasi faktor kuasa politis adalah
penggerak utama lahirnya pola ruang memusat pada kota-kota praindustri, yang
disebabkan oleh kedekatan (proximity) politis kelompok elit kuasa yang
diterjemahkan ke dalam kedekatan spasial. Perkantoran, bangunan keagamaan dan
tempat tinggal para pejabat dan kerabat kerajaan di sekitar istana atau kreton.
Gejala sentralisasi ruang kotakota, pengaruh elitis ini semakin kecil
praindustri sangat menonjol. Semakin jauh dari pusat.
Comments