Bandung Tanpa Matahari
Sudah hampir seminggu kota
ini diguyur hujan yang terus-menerus tanpa henti. Sama seperti hati ini, entah
kenapa dalam waktu satu minggu ini terlalu banyak beban pikiran yang cukup
menguras tenagaku. Bersama hujan aku melewati gemercik air oleh jejak langkah
kecil ku. Dua hari berturut-turut ini aku tak memperdulikan tubuhku yang habis
diguyur hujan. Rasanya menunggu hujan reda itu adalah sesuatu yang amat
beresiko karena aku terlalu takut kehilangan waktuku ini. Tugas-tugas kuliah
yang kian menumpuk dan saling kejar-mengejar deadline lebih sulit dari yang
pernah aku rasakan sebelumnya. Memang sangat lazim untuk jurusan teknik
memiliki segudang tugas kuliah,
rasanya aku ingin membelah
diri layaknya amuba. Terlalu lelah dengan kondisi yang sekarang, bukan bukan
karena aku sudah tak ingin belajar tapi saat aku berada dijenjang yang lebih
tinggi aku terus berusaha membuat setiap tugas-tugasku menjadi lebih sempurna
dari sebelumnya, tapi selalu ada kendala yang aku alami. Saat dulu aku boleh
saja membangun pola pikir yang hampir bisa dikatakan antar teman-temanku
memiliki kesamaan pemahaman dari setiap tugas yang diberikan oleh dosen-dosen
dan itu sangat membantuku karena dapat dilakukan dengan bersama-sama. Berbeda
dengan sekarang, saat mata kuliah aku tidak beraturan seperti kelas terbang aku
memasuki setiap kelas dari angkatan tua sampai angkatan muda. Disinilah
permasalahan itu, aku seperti seorang diri saat menjalankan tugas-tugas besar,
menghandle mereka-mereka serasa mencekik leherku karena aku tak sepemahaman
dengan mereka. Apa yang telah aku pelajari selama proses perkuliahan sebelumnya
tentu akan menjadi pelajar agar aku dapat menyempurnakannya lagi, lagi dan
lagi. Mereka yang memang jam terbang dalam penulisan penelitian mungkin sangat
sedikit. Aku hanya berusaha terus bertanggungjawab dari semua tugas-tugasku
seperti membawa mereka.
Ah lelah ini amat sangat
menggangguku, dan saat-saat seperti inilah aku teramat membutuhkan sosok itu
dan ingin sekali kutumpahkan keluh kesahku keseseorang yang bisa mengerti dan
membangkitkanku lagi. Aku butuh seseorang yang dapat menghiburku, mungkin
dengan sedikit canda segala beban pikiranku dapat larut bersamaan dengan senyum-senyumku.
Sederhana caraku aku ingin menceritakan rasa lelahku ini ke orang tua ku, tapi
tentu sangat tidak mungkin. Ini hanya masalah kecil pada dasarnya cukup dengan
bercerita dengan orang yang tepat dan mendengarkan solusi darinya pasti beban
pikiranku terobati, tapi dengan siapa??? entahlah, harap semester depan segera
tiba, saat semua mata kuliah ku terangkum dalam satu paket dan aku dapat
berkonsentrasi memulai skripsiku. Semoga Allah melancarkan segala tujuan dan
usaha-usahaku. Aku pasti bisa melewati masa-masa ini, masa dimana aku harus
terus fokus kuliah karena disana akan ada yang tersenyum bahagia jika aku sudah
menjadi sarjana. Saat segala beban yang aku hadapi disini, tiba-tiba ingin
sesegera mungkin aku bekerja, ingin mempraktekan langsung ke lapangan. Rasanya
untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi aku tahan sampai nanti.
Aku tak mungkin lagi melanjutkan studiku jika harus dibiayai oleh orang tua ku,
walaupun orang tuaku dengan semangat tetap ingin membiayai studiku kelak. Sekarang
dan untuk kedepan aku hanya harus fokus kuliah, sampai saat itu tiba aku harus
memiliki kompeten di dunia kerja, ingin bekerja disalah satu instansi itu dan
aku hanya bisa mempersiapkan diri dari sekarang jika ingin memasuki instansi
pemerintah. Karena alangkah lebih baiknya aku melanjutkan studi dengan mencari
beasiswa dari instansi. Mungkin kenyataannya mencari pekerjaan itu sulit, tapi
dengan cita-citaku dan kesungguhanku saat ini semoga Allah melihat setiap
proses usahaku dan aku yakin tidak ada yang tidak mungkin.
Comments
Eco cycling bali . And
Bali rice trekking