Posts

Showing posts from 2018

Tentang Seseorang

Image
“Assalammualaikum dek, lagi dimana?” satu pesan singkat sore itu. Sore itu, aku sedang di Singapore untuk beberapa hari kedepan yang kebetulan karena aku dinas untuk menghadiri meeting penataan ruang juga transportasi publik disana dan percayalah aku tidak membawa dollar sama sekali waktu itu . Iya aku sama sekali tidak prepare, bahkan paspor ku jadi H-1, aku berangkat paling terakhir diantara teman-temanku yang lainnya karena masih banyak perkerjaan yang tidak bisa ku tinggalkan (sebenarnya). *** 2 minggu sebelum keberangkatan, aku benar-benar hectic soal dekonsentrasi, bencana palu, dan masih banyak lagi add work di akhir tahun ini. Disaat itu juga ada dinas ke Batam, dilanjut Singapore. Aku ingat paspor lama ku hilang entah kemana waktu aku pindahan di bandung. Dengan rasa malas, aku memutuskan untuk izin tidak berangkat ke singapura. Tapi teman-teman kantor ku memaksa untuk ikut. “Dek, awas lo ga ikut. Ga gw tegur 1 bulan” kata mas yuda. “Yud, kalo hilal ga iku

Bulan Mei yang basah

Gedung-gedung menjulang tinggi, ranting-ranting yang basah dan hingar bingar klakson bersahutan. Pagi ini jakarta hujan, rumah sampai kebayoran baru, suasana yang ku temui tampak sama. Yang berbeda hanyalah udara lebih dingin dari yang biasanya, dari dalam bis ku lihat embun perlahan mencair seperti lelehan air mendidih pada wadah yang tertutup. Ku lihat Jam menunjukan pukul 08.57 menandakan aku terlambat nyaris 1 jam. Tak lama handphone di tas berdering. Tanda pesan singkat masuk. p : “jire, (ini panggilan dari bahasa arab artinya tetangga, sebutan yang digunakan untuk temen satu kamar). jire ada yang mau ta’aruf”. h : “siapa?” kataku. p : “temennya si nida.” h : “loh ko temennya nida kenal?” p : “iya jadi temennya nida minta tolong tanyain lewat gw. temennya mau taaruf sama lu.” h : “tau dari?” tanya ku heran (lagi). p : “instagram. dia follow lu, tp gak di follback.” h : “masa sih” jawabku singkat. p : “dia orang baik-baik kata nida. lulusan cairo mesir, lumayan

Mimpi

Saat lulus, hampir seluruh keluarga meng-amin-kan doa-doa yang mendorong saya untuk menjalankan usaha (bisnis) yang saya bangun dari banyak ketidaktahuan. Tapi, saya sibuk doa sendirian dalam hati “Tuhan, kasih saya kesempatan untuk terus belajar dari apa yang lebih saya sukai, tanpa maksud menjadi manusia yang kurang bersyukur.” Lalu, hari ini saya menjadi tahu.. Bahwa Allah benar-benar memberikan yang paling terbaik. Kalau saja satu tahun lalu saya tidak sabar dan langsung bekerja dengan semua mimpi-mimpi saya, maka mustahil sekali rasanya bagi saya punya usaha. Bahkan untuk sekedar berinovasi soal produk pasti saya lebih memilih beristirahat untuk kemudian bangun di pagi hari menikmati macetnya ibukota bersama seratus mimpi yang saya bawa pada pundak saya. Dan sekarang saya ada disini, dengan punya kedua-duanya. Mereka bilang saya beruntung, perihal lingkungan baru, teman-teman baik yang saya miliki, dan usaha yg lancar katanya juga adalah anugrah. Rezeki saya sanga

Kalau besok

Kalau bumi ini berbalik arah ke jalan yang menyebabkannya untuk pecah besok. Ada beberapa hal yang aku sesalkan selama masa aku menumpang di dalamnya.  Pertama   aku menyesal tidak lebih ramah kepada diriku sendiri. Menjadi seseorang yang tidak terlalu pandai multitasking, aku terlalu sibuk berusaha memupuk sayang ditanah orang lain sampai lupa menyiram satu yang ada di lahan ku sendiri.  Kedua aku menyesal definisi cinta bagiku hanya sebatas petak notifikasi yang kosong dan menunggu, yang tidak akan pernah pasti. Aku menyesal terlalu banyak menolak tuan-tuan yang berusaha untuk mengajarkan tentang kapital C dan menolak untuk membuka kacamata kudaku. Kalau ini adalah mata pelajar, ibuku bilang ini belum saatnya untuk aku terlalu mendalami bab tentang loyalitas. Walau aku tidak terlalu mengerti mengapa, atau aku mengerti sedikit.  Ketiga aku menyesal aku masih punya penyesalan. Mungkin di lain kali aku boleh menumpang, aku akan berusaha untuk duduk semanis mungkin
Hilal baru balik? Kamu pulang naik apa?  Naik bis Oh, sendiri aja? Iya  Mau bareng ga? Emm.. engga deh makasih *** Hilal rumah mu daerah pondok kopi ya? Iya ga begitu jauh dari situ Mau bareng ga? Searah sama aku. Oh iya? Emg km dimana? Di belakang rs islam. Ohh gitu, belum dulu ya makasih *** Hilal balik bareng ga? Tapi nonton dulu hehe. Yah engga deh nanti kemaleman. Maaf yaa lain kali mungkin  *** Hilal, kalo mau bareng pulangnya nebeng bilang aja gpp. Searah juga. Wa aja, kalo lagi ga lembur atau ada acara bisa bareng kan. Oh iyaa, makasih. *** Hey lagi lembur? Balik bareng ga? Engga, aku lagi nunggu maghrib disini.  Tadi diruangan kasubag ngapain? Oh itu lagi bikin materi. Yauda aku duluan ya, Lah ga balik bareng nih?  Engga makasih :) *** Lal aku telfonin *** buat nganter kamu. Kasian aku sama kamu udah malem gini naik bis. Dia siapa? Temenku, yang waktu itu kesini. Ha? yang mana? Gausa ah, aku gpp. Aman ko