Hari ke-15
Aku mulai terbiasa dengan
kesendirianku yang semakin bersahabat ini. Ingin sekali aku berbisik kepada
Tuhan, apa aku bisa melewati masa-masa ini. Masa yang sebenarnya dirasakan oleh
jutaan manusia, banyak dari mereka yang berhasil. Sepahit inikah cerita
cintaku, tak ingin ku kenang, hanya saja rasa nyaman yang pernah begitu lama
hadir kembali hadir mengusik batinku dalam kesepian ini. Tak ada yang benar-benar
paham dengan kisahku, aku hanyalah aku dengan sejuta kenangan kita.
Memang sedikit banyak kau yang
telah merasakan senyum, tawa dan tangisku. Kau begitu memahami diriku, tapi kau
tak pernah tau sakitku, malamku, dan segala kekeliruanku yang hanya ku bisikan
kepada Tuhan di atas sajadahku disepanjang malam. Al-Qur'an pemberianmu akan
menjadi saksi sakitnya hatiku, kau tau? Sakitmu tak sehebat sakitnya aku........
Melewati banyak masa bersamamu
adalah bahagiaku. Tapi hanya menghitung hari setelah keputusanku kau mendekati
gadis itu dan itulah kekecewaanku. Ya, gadis yang kau katakan sama denganku.
Kau bilang kau tau rasanya
kehilangan? Tapi sungguh kau tak pernah tau arti dan rasanya kehilangan
selamanya.
Aku sedikit menerka-nerka apa
hebatnya gadis itu? Jika kau samakan aku dengannya, secara penampilan memang
dia terlihat anak yang baik. Itu saja buatku, tak ada yang pantas kau samakan
lagi aku dengannya. Aku bukanlah dia, dan dia bukanlah aku. Semakin kau
mendekatinya kau semakin tau bahwa yang terbaik memang hanya sekali. Bisik ku
teruntuk kamu yang disana, Apakah ada perempuan lain selain Ibu mu yang bisa
mencintaimu seperti aku mencintaimu?
Biar Tuhan yang menjawab
dikehidupanmu kelak tanpa aku, tanpa kita.
Comments