LINE
Oke, sepertinya kamu panjang umur. Seperti
sebuah kalimat yang diucapkan turun temurun jika ada seseorang yang sedang kita
bicarakan kemudian disaat bersamaan orangnya datang.
Seperti itulah kamu, malam tadi.
Seharian aku mengutak-atik desain survey
tanpa semangat. Kali ini bukan mau ku, bahkan aku setengah hati melakukannya.
Malas! Iya. Aku sedang malas-malasnya tapi sepertinya Allah berbaik hati.
Disaat aku malas menggarap TA, Allah memberikan dosen pembimbing yang gesit.
Tanpa perlu bertanya kapan ada waktu luang untuk asistensi, beliau sudah
menentukan waktunya "sudah buat desain survey?".
"Belum pak, karna masih jauh".
Jawabku. Karna aku baru saja masuk bab pendahuluan..
"Iya memang tapi kita gerak cepet saja
ya?".
1 minggu 2x asistensi, ini luar biasa bagiku.
Mudah-mudahan berjalan lancar dan ku harap malasku ini dapat segera ku bunuh.
Malam tadi adalah malam minggu. Entah aku
terlalu anti atau sebal dengan malam itu juga dengan diriku. Aku tak pernah
bisa menikmati malam minggu seperti mereka. Bukan karna aturan dalam keluarga
tapi sepenuh hatiku memang berontak. Kalau boleh jujur aku ingin sekali seperti
perempuan lain, setidaknya bisa duduk untuk sekedar makan dan ngobrol singkat
walau hanya sebentar. Tapi lagi-lagi,, tak peduli berapa yang sudah berusaha
mengajakku selalu ku tolak. Bukan tidak mau tapi karna ada satu rasa yang tak
biasa, canggung dan....aku risih orangnya. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang
selalu saja mengalir tanpa henti.
Di saat aku menggerutu dalam hati, tiba-tiba
aku teringat lagi denganmu. Kenapa bisa cuma kamu yang mampu membuatku nyaman?
Padahal banyak yang jauh lebih baik dari kamu. Sedihku menjadi tak berujung
saat kembali ku tatap layar laptopku. Membuat desain survey? Buat apa? Sudah
tau aku bakal survey sendiri! Ah menyebalkan sekali.
Saat itu juga hp ku berdering. Ada namamu!
"Send a sticker"
Mulutku menganga, untuk kesekian kalinya kau
selalu membuatku terkejut. Aku tak membukanya, karna ku tahu sudah 2 tahun yang
lalu kau tidak aktif di line. Ah apa benar itu kau? Kenapa lagi-lagi disaat
bersamaan seperti ini? Kenapa bisa?
Kemudian, ku genggam handphone ku. Tarik
nafas dan ku biarkan perasaanku mengalir seadanya tanpa ku buat-buat.
Yap! Kau mengirimkan stiker beberapa kali. Ku
tanya sewajarnya. Ku tahan perasaanku yang sebenarnya sedang membuncah. Kau
menceritakan nasib motor Cb-mu setelah kecelakaan waktu itu.
Itu motor kesayangannya. Juga kesayanganku.
Aku pernah begitu merindukan Cb-nya ketimbang dia. Sungguh...
Ditambah sebelum cb tenar di bandung seperti
sekarang ini, aku lebih dulu tau dan itu sangat menyenangkan.
Sambil membalas chat mu, bayang-bayangku
mencoba menerka seperti apa bentuk cb mu saat kecelakaan itu. Hmm entahlah,
yang pasti rusak parah.
Tingkahmu malam tadi seperti biasa selalu
menyebalkan. Seandainya kau tau bahwa tingkahmu itu dirindukan sekali oleh
gadis lain selain aku. Karna malam kemarin kembali aku membaca tulisannya yang
selalu berharap kau akan menyapa atau hanya bertemu tatap tapi tak dia temukan.
Malam ini bukan hanya sekedar menceritakan cb kesayanganmu tapi kamu juga
mengirim fotomu. Apa maksudmu????
Potongan rambut yang paling aku suka dari
laki-laki. Kau bilang itu potongan rambut pertama kali waktu kita bertemu di
perempatan kantor pos. Iya kamu benar, itu juga potongan rambut saat kamu
pembekalan. *Ternyata kau masih ingat apa yang aku suka (lirihku dalam hati).
Bandung,
11 Oktober 2015
Comments