Ruang Obgyn
Ada sebuah ruangan bertuliskan Obgyn.
Ialah ruangan khusus kebidanan dan kandungan.
Aku duduk diatas kursi rodaku ditemani kedua temanku. Kami mengantri di antara
belasan ibu yang sedang mengandung. Hampir keseluruhan dari mereka ditemani
suaminya.
Sore itu seperti biasanya aku nyaris
kehilangan kesadaran. Setiap bulan adalah hal rutin bagiku menahan sakit, sakit
yang nyaris meremukan sebagian badanku terutama bagian perut dan pinggul.
Tubuhku lemas dan energiku sudah habis menahan rasa nyeri.
Sama seperti hari ini, dan hari pada
bulan-bulan lalu. Sebelumnya di Semarang aku tak terlalu khawatir dengan
sakitku ini, kakak ku akan selalu siap menginap di kosanku untuk menjagaku.
Ibuku juga bilang ini hal yang wajar terutama selama masih gadis. Katanya
beberapa perempuan ketika sudah menikah sakitnya akan hilang, entah lah tapi
semoga nanti aku termasuk salah satunya..
Semua orang di dekatku sudah sangat paham
dengan kebiasaanku ini. Bagaimana tidak, setiap bulan aku cemas dan khawatir.
Terlebih disini tak ada saudara hanya ada sahabat-sahabatku. Biasanya dirumah
selalu ada tangan mama yang menjadi obat paling ampuh menurutku. Ada beberapa
teman kampusku yang mengalami hal sama, mereka menganjurkan meminum
obat khusus penghilang nyeri. Tapi efek sampingnya menjadi resisten. Aku lebih
memilih menahan sakit dibanding minum obat apotik penghilang nyeri itu,
selain bukan dari dokter spesialis aku juga takut ketergantungan obat seperti
teman-temanku. Aku memang awam masalah medis, tapi yang aku khawatirkan
bagaimanapun obat tetap bahan kimia. Terlalu sering dikonsumsi rasanya tidak
baik apalagi dampaknya jangka panjang. Memikirkan resiko kedepannya yang
mungkin terjadi, membuatku enggan meminum obat nyeri toh sakitnya berlangsung
sekitar 3-8 jam. Hanya saja, pada moment tertentu seperti hari ini tak bisa
beraktifitas. Untungnya ada kedua sahabatku, segera membawaku ke RS Santa
Borromeus. Tiap kali sakit itu datang aku tak lagi mampu mengerjakan apapun
selain tidur dengan posisi abstrak. Aku selalu mencoba membayangkan sakitnya
melahirkan akan berapa kali lipat dari sakit ini. Tapi rasanya tak masuk dalam
nalarku. Pantas saja letaknya surga ada di telapak kaki ibu (begitu kalau kata
temanku) dan aku.....setuju! :)
Tidak terasa menunggu, namaku dipanggil oleh
suster. Aku memasuki ruangan itu, sedikit gugup. Memikirkan bagaimana kondisi
rahim ku. Rahim? kalau bica soal ini
pasti hal yang paling serius. Jangan, jangan sampai kista atau kanker rahim
(bisik ku dalam hati). Hanya dua penyakit itu yang aku tahu karena terlalu
populer di kalangan perempuan. Harap dan cemas meliputi langkahku menuju
ruangan itu. Sengaja ku pilih dokter
perempuan, ku lihat ibu separuh baya yang ramah."loh kenapa sendiri?" sambil melepar senyum kepadaku.
(Ku pikir namanya juga dokter kandungan,
pasiennya pastilah selalu keluarga).
"iya dok" aku agak kaget ada
pertanyaan itu.
"Ada kakak atau keluarga?"
"ada temen-temen saya aja sih dok diluar"
"Oh kalo temen aja sih enggak boleh
yaa" sedikit tertawa dokter itu menjawabnya.
Ku lihat ruangan dengan perlengkapan medis
yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Aku berbaring dan..... Ku pikir alat USG
hanya untuk mengecek kandungan saja ternyata tidak. Dengan seksama aku melihat
rahimku. Dokter itu sempat beberapa kali mengulang memastikan di rahim ku
benar-benar tidak ada apapun. Tidak menyita waktu yang lama, dokter itu
mempersilahkan ku kembali duduk dan menuju meja dokter. Lalu dokter itu
menjelaskan obat yang harus ku minum. Hanya ada 1 jenis obat yang diberikan
yaitu obat nyeri. Saat itu dokternya kaget mendengar penjelasanku yang tak
pernah minum obat apapun untuk meredakan nyeri, dipikirnya aku kuat padahal
hanya dikuat-kuatin saja. hehe
Selanjutnya dokter memberikan print scan USG.
Sembari dokter menulis aku melihat hasil usg nya. Sedikit ada bingung karna aku
tak mengerti cara membaca kode yang terdapat di scan itu.
Aku mencoba memulai pembicaraan dengan
bertanya.
"Dok, jadi saya sakitnya apa ya dok?" terlihat ragu-ragu dengan suara rendah.
"Sejauh ini masih normal sakit seperti
itu"
Seolah tak percaya dengan jawabannya, aku
kembali menanyakan lagi.
"Beneran dok saya gak sakit
apa-apa?"
"Iya saya lihat semuanya normal-normal
saja".
"Terus sakitnya ko sakit banget dok, itu
kenapa ya? Oh iya dok ini cara bacanya gimana?" aku mencoba melempar
senyum sambil menunjuk hasil scan pada kode (Ut) yang berarti uterus. Karna aku
benar-benar mau tahu hasilnya secara pasti setidaknya aku mengerti dan paham
dengan hasil scan USG nya, walaupun sederhana menurutku tetap penting untuk
diketahui. Dokter itu dengan ramahnya mulai menjelaskan. Beliau menjelaskan
uterus/rahimku saat ini sedang menebal. Pada ibu yang sudah menikah mereka akan
sangat gembira dengan keadaan ini. Penebalan rahim dikarenakan faktor hormon.
Dinding rahim sendiri fungsinya sebagai tempat bakal janin. Sehingga janin akan
terjaga ditempat itu. Namun, jika tidak dibuahi dinding rahim ini akan meluruh
dan terjadilah sakit. Setelah cukup penjelasannya kemudian aku dipersilahkan
membawa pulang hasil scan dan menebus obatnya. Sesampainya dikosan aku melihat
kembali hasil scan itu, terpikir suatu hari nanti akan ada isinya. Sambil
senyum-senyum sendiri, ah pasti lucu deh. Bisa dibuat before after dan ini akan
aku simpan terus, pasti! Hihi
Tiba-tiba terbesit menanyakan kepada teman
pesantren yang kebetulan melanjutkan studi keperawatan.
"eh gw mau tanya dong, ut itu artinya
uterus ya? Tanpa basa basi.
"iya kenapa?"
"uterus orang normal tuh berapa. Lu
pernah praktek USG pastikan? Hehe pasti tau doooong".
"iya pernah tapi ga detail. Lu ada hasil
usg nya ga? Biar gw tanyain ke temen gw yang anak bidan".
"oh iya boleh deh gitu"
Tidak begitu lama menunggu, kemudian aku
diberikan informasi yang sama seperti kata dokter. Rahim ku normal, dan sakitku
juga normal. Dia juga memberikan sedikit penjelasan bahwa pola makan akan
sangat berpengaruh. Sebaiknya memakan makanan jenis kacang-kacangan, kacang
kedelai paling dianjurkan.
Alhamdulillaaaah, semoga tetep sehat kedepannya
tapi tinggal pinter-pinter juga jaga kesehatan :)
Bagiku, apapun yang ada di diri perempuan
adalah aset, itu kenapa selama ini aku berusaha menjaga kesehatan termasuk pada
apapun yang aku makan.
Comments