Bukan Kamu
Tangisku meledak malam ini. Entah perasaan apa yang
sedang menderaku. Sudah lama dalam hari-hariku tak ada lagi rindu untukmu. Tapi
malam ini saat aku tau tanpa sengaja bahwa ternyata kau sudah memiliki kekasih
lain. Untuk kedua kalinya hatiku seperti ditusuk tanpa aba-aba. Air mataku berjatuhan mengingatmu.
Kehilanganmu untuk kedua kalinya. Aku akan tetap diam dan tak bersuara apalagi mengusikmu. Tidak akan.
Hanya saja, Aku ingin mengingatmu lebih lama.
Kehilanganmu untuk kedua kalinya. Aku akan tetap diam dan tak bersuara apalagi mengusikmu. Tidak akan.
Hanya saja, Aku ingin mengingatmu lebih lama.
Kau yang paling tau akulah perempuan yang sama sekali
tak mudah untuk jatuh cinta. Aku tak pernah mudah untuk percaya. Buatmu selalu
berusaha keras. Dari aku yang tak pernah mau menolehmu sampai aku yang mampu
jatuh pada hatimu. Karna kau satu-satunya yang mampu membuatku peka.
Kau seperti ilusi, denganmu aku tak pernah bisa
membedakan warna pelangi. Segalanya hanya berwarna merah jambu.
Namun, waktu terus berjalan. Menghentikanku dipersimpangan, tepat di depan doa ibuku.
Namun, waktu terus berjalan. Menghentikanku dipersimpangan, tepat di depan doa ibuku.
Disaat semua orang sepakat cinta itu buta. Kenapa aku
malah sadar. Aku melepas segala perasaan ini demi ibuku. Padahal aku juga
sangat sadar kau salah satu penyemangatku.
Tapi aku pernah mendengar, surganya perempuan sebelum
menikah ada pada orang tua dan kemudian ada pada suaminya. Ku rasa itu alasan
terkuatku melepasmu. Kau tetap bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.
Malam ini aku benar-benar menangis mengingatmu.
Aku tak lagi membencimu dan membenci perempuanmu.
Diujung batas sesak ku ini aku mendoakan yang terbaik
apapun itu. Kepada siapapun perempuannya ku harap dia lebih baik dari ku dan lebih
mampu membahagiakanmu.
Menjadi dewasa memang tidak mudah namun sampai
kapanpun aku sangat menghormati masa depanku seperti aku menghormati diriku
sendiri dan aku juga menghargai masa lalu ku. Kamu. Kamu satu-satunya. Aku tau
bersamamu memang tidak akan berakhir indah.
Aku percaya. Ibuku akan selalu benar.
Hanya saja aku pernah membayangkan kau akan datang pada tahun-tahun mendatang.
Mengingat diriku yang tak pernah bersikap manja
didepanmu. Aku yang selalu pemalu. Diluar itu semua, seadainya kau tau. Aku
sudah mengumpulkan banyak long dress dalam lemariku. Sengaja tak pernah ku pakai
keluar. Aku menyimpannya hanya untuk memakainya di tiap pertemuan kita nanti.
Aku tak suka berdandan didepanmu apalagi di depan
orang lain, aku bukan perempuan yang pandai menarik perhatian orang lain. Tapi aku
pernah berjanji akan ada hari dimana aku belajar berias hanya untuk bertemu
denganmu dirumahku bersama kedua orang tua kita.
Kini, ku bayangkan kembali sepertinya segala impian
sederhanaku tidak akan terjadi pada laki-laki sepertimu.
Masa depan itu memang bukan harus dibicarakan tapi diperjuangkan, dan kelulusanku adalah bagian dari masa depanku. Itu yang bisa kuperjuangan segera dibulan ini.
Setelahnya, aku masih mampu setia menunggu sosok yang entah siapa diluar sana.
Sosok yang ingin aku cintai lebih dari aku
mencintaimu.
Sosok yang benar-benar ingin aku bahagiakan dengan sangat.
Entah siapa.
Aku berjanji.
Bukan kamu.
Comments