Untukmu yang belum bisa ku sebutkan namanya...
From earth with love, Hilal :) |
Aku memang seharusnya tidak perlu mengeluh untuk hari ini, setelah
sekian banyak rezeki dan kelancaran urusan dari Allah disetiap harinya untuk
ku. Mungkin aku hanya perlu bersyukur lebih lagi atas semua rezeki dan juga
ujian hati dari Allah. Kemudian hari ini keadaan memaksaku untuk sedikit berani
berbicara, mengutarakan pendapat dan pandanganku tentang...."seorang pria
baik" versiku.
Siang tadi tiba-tiba ibuku bilang ada seorang laki-laki mengirim fotoku
pada ibu. Ibuku bertanya lebih hati-hati padaku. Aku merasa tidak ada yang
salah, termasuk untuk sebuah foto yang memang sudah ku tahu. Foto di kincir
angin raksaksa bersamanya, foto yang biasa saja menurutku. Namun karna hal itu
kau menjadi orang yang paling di cari oleh abang dan kaka perempuanku. Katamu
“kamu itu anak emas keluarga samhari”. hhhh tidak aku hanya anak terakhir :(
Dari dulu aku tak pernah memaksakan keadaan yang rumit, aku tak
memaksa semua orang disekitarku untuk juga menyukai apa yang aku sukai. Bahkan,
aku sendiri tak pernah melarang siapapun untuk pergi dari hidupku sekalipun ia
adalah orang yang paling aku sayangi. Aku membebaskan semua rasa yang ada pada
diri kita masing-masing. Seperti ibuku yang masih saja tidak menyukai apa yang
aku sukai. Aku masih saja menjadi orang yang paling pantas untuk disalahkan,
tanpa aku tahu apa alasannya.
"Aku hanya berteman" Jawabku pelan pada ibu.
Percaya lah, aku tak akan seegois itu untuk memaksa mereka
menerima apa mau ku.
Aku tidak akan menjadi salah satu orang yang pada akhirnya
memutuskan menikah tanpa restu. Tidak akan. Aku hanya ingin keadaan yang lebih
baik sekalipun aku merasa semakin hari semakin rumit.
***
Setelah hari itu ibuku menjadi orang yang paling takut aku pergi,
ia lebih sering ke kamar ku untuk sekdar berbaring di dekatku dengan beberapa
pertanyaan ringan darinya.
"Itu bantal dari siapa?" sambil menunjuk bantal berwarna
pink dengan gambar wajah bertuliskan nama panjangku.
"Dari temen mah" jawabku.
"Temen siapa namanya?" lanjut ibuku seolah ingin tau
banyak hal tentang teman-temanku.
"si Y mah"
"Oh, orang mana dia?" tanya ibuku.
"Jakarta" aku berlalu keluar kamar untuk mengambil
minum.
Esoknya ibu ku masih bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Hilal yang ngasih bantal itu siapa namanya neng?"
"Y mama, kenapa?"
"Ngasihnya kapan? Satu juli kemarin yah?" kata mama
"Iya kemarin mah" jawabku singkat
"Yang ngasih jilbab juga?"
"Ih bukan, itu si K ngasih jilbab sama tulisan
kaligrafi-kaligrafi gitu tapi tahun lalu, udah lama". Jawabku santai
"Yang kerumah ngasih hadiah mukenah ya?"
"Lah itu mah si F tahun lalu juga".
"Kalo yang bunga dari siapa?"
"Bunga?" tiba-tiba jantungku berdebar. Bunga Flanel kah
yang dimaksud ibuku, ingin ku sebut nama kau saat itu juga, tapi sepertinya
bukan kau yang ibuku maksud. Bukan bunga darimu.
"Bunga yang di dalam kaca yang besar itu mah?" aku
menatap wajah ibuku.
"Iya"
"Itu dari J temen semarang"
"Yang dateng ke wisuda hilal ya, yang katanya temen sekelas
di undip dulu?"
"Iya, dulu 1 kelas mah pas di undip."
"Oh jadi yang ngasih bantal si Y yah?" mengulang nama
itu lagi.
"Iya"
"Dia orang mana?"
"Orang Jakarta"
"Kenal Y darimana?" (Pertanyaan yang cukup sulit untuk
ku jelaskan)
Malam itu rasanya ingin ku bilang (hhhh jangan tanya-tanya soal Y lagi mah pleaseee :( orangnya udah ke laut tenggelam atau mungkin udah di makan hiu -_-)
"Ada mah pokoknya kalo si Y itu mama belum kenal sama sekali,
hilal belum pernah ceritain dia ke mama" Sambil cepat-cepat aku merapihkan tas dan kembali ke kamar.
*Aku menarik nafas panjang*
Ku penjamkan mata lalu ku tatap langit-langit kamar.
"Apa yang salah denganmu?" bisik ku pelan
"Mama tak menyebut namamu sama sekali"
Bukan karna lupa padamu, aku tahu mama tak akan pernah lupa
namamu. Mama hanya tak ingin menyebut namamu. Aku diam, tak ada yang menjawab
pertanyaanku selain suara jangkrik yang ku dengar dari luar kamar.
hhhhh
***
Malam lalu kau bilang padaku.
"Perempuan baik jaman sekarang itu jarang............"
"Apalagi yang kaya kamu". lanjutmu sambil menatap dalam
jalanan yang agak sedikit basah karna gerimis.
"Aku kenapa?" kataku berusaha menemukan tatapanmu.
(kau tak menjawab)
"Perempuan baik banyak ko, temen-temen aku semuanya baik-baik
hehe". ku lempar senyum padamu sambil membela kaum ku.
"Aku mau suatu hari nanti, aku capek pulang kerja ngeliat
kamu ada dirumah". Nada suaramu menjadi sedikit lebih rendah.
Kali ini aku yang diam, aku menelan ludah tanpa menatapmu. Aku
menundukkan kepala tanpa menjawab apa yang jadi mau mu. Aku hanya...
(bagaimana bisa seseoarang yang pernah melewatkan ku mengatakan
hal seperti itu, aku bahkan pernah menangis karnanya. Allah memang luar biasa
membolak-balikan hati manusia. Tapi dari sinilah aku sadar, bahwa ini bukan
sesuatu yang menyenangkan untuk ku dengar. Masih ada banyak hari dan tahun yang
harus ku lewati, dan bisa saja Allah membalikan kembali hatimu).
"Kalo nanti ternyata kita udah ketemu jodoh kita
masing-masing, kita gak bakal bisa ngbrol kaya gini lagi. Jangan pernah cari
aku lagi ya" suaraku kelu.
Disambut hujan yang kembali deras. Hujan malam itu seakan membawa kesedihan bagiku.
Kau tahu, satu-satunya alasan kenapa aku masih saja menemuinya
adalah aku masih ingin terus mengingatnya sampai nanti akan tiba waktunya aku
tak bisa lagi mengingatmu. Aku selalu berdoa semoga laki-laki yang bersamaku
kelak adalah ia yang paling sabar menerimaku, adalah ia yang paling
menyayangiku bahkan diatas kelemahan-kelemahanku saat ini. Semoga,,, entah
siapa laki-lakinya, ku harap akan datang laki-laki pemberani yang bisa
membawaku jauh dari keadaan yang rumit ini.
Rumah, 2 November 2017
Rumah, 2 November 2017
Comments