Untukmu yang belum bisa ku sebutkan namanya...

From earth with love, Hilal :)

Setiap kali aku bingung untuk mengutarakan banyak hal, selalu tempat ini menjadi tempat ternyaman bagiku. Tidak ada orang-orang yang menghakimi ku, tidak ada orang-orang yang dengan lantang menuduhku dalam banyak hal baik yang sudah ku lakukan, tidak ada orang-orang yang bisa dengan sengaja menjudge ku dengan setengah kesadaran mereka. Tak peduli seberapapun kerasnya mereka menyayangiku, tuduhan dan pikiran negatif mereka tak akan bisa membawaku untuk tetap baik-baik saja. Kalaupun aku baik-baik saja mungkin hanya ditempat ini, tempat yang selalu bisa membuatku lebih jujur dari kelihatannya.

Aku memang seharusnya tidak perlu mengeluh untuk hari ini, setelah sekian banyak rezeki dan kelancaran urusan dari Allah disetiap harinya untuk ku. Mungkin aku hanya perlu bersyukur lebih lagi atas semua rezeki dan juga ujian hati dari Allah. Kemudian hari ini keadaan memaksaku untuk sedikit berani berbicara, mengutarakan pendapat dan pandanganku tentang...."seorang pria baik" versiku.

Siang tadi tiba-tiba ibuku bilang ada seorang laki-laki mengirim fotoku pada ibu. Ibuku bertanya lebih hati-hati padaku. Aku merasa tidak ada yang salah, termasuk untuk sebuah foto yang memang sudah ku tahu. Foto di kincir angin raksaksa bersamanya, foto yang biasa saja menurutku. Namun karna hal itu kau menjadi orang yang paling di cari oleh abang dan kaka perempuanku. Katamu “kamu itu anak emas keluarga samhari”. hhhh tidak aku hanya anak terakhir :(

Dari dulu aku tak pernah memaksakan keadaan yang rumit, aku tak memaksa semua orang disekitarku untuk juga menyukai apa yang aku sukai. Bahkan, aku sendiri tak pernah melarang siapapun untuk pergi dari hidupku sekalipun ia adalah orang yang paling aku sayangi. Aku membebaskan semua rasa yang ada pada diri kita masing-masing. Seperti ibuku yang masih saja tidak menyukai apa yang aku sukai. Aku masih saja menjadi orang yang paling pantas untuk disalahkan, tanpa aku tahu apa alasannya.

"Aku hanya berteman" Jawabku pelan pada ibu.

Percaya lah, aku tak akan seegois itu untuk memaksa mereka menerima apa mau ku.
Aku tidak akan menjadi salah satu orang yang pada akhirnya memutuskan menikah tanpa restu. Tidak akan. Aku hanya ingin keadaan yang lebih baik sekalipun aku merasa semakin hari semakin rumit.
***

Setelah hari itu ibuku menjadi orang yang paling takut aku pergi, ia lebih sering ke kamar ku untuk sekdar berbaring di dekatku dengan beberapa pertanyaan ringan darinya.
"Itu bantal dari siapa?" sambil menunjuk bantal berwarna pink dengan gambar wajah bertuliskan nama panjangku.
"Dari temen mah" jawabku.
"Temen siapa namanya?" lanjut ibuku seolah ingin tau banyak hal tentang teman-temanku.
"si Y mah"
"Oh, orang mana dia?" tanya ibuku.
"Jakarta" aku berlalu keluar kamar untuk mengambil minum.

Esoknya ibu ku masih bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Hilal yang ngasih bantal itu siapa namanya neng?"
"Y mama, kenapa?"
"Ngasihnya kapan? Satu juli kemarin yah?" kata mama
"Iya kemarin mah" jawabku singkat
"Yang ngasih jilbab juga?"
"Ih bukan, itu si K ngasih jilbab sama tulisan kaligrafi-kaligrafi gitu tapi tahun lalu, udah lama". Jawabku santai
"Yang kerumah ngasih hadiah mukenah ya?"
"Lah itu mah si F tahun lalu juga".
"Kalo yang bunga dari siapa?"
"Bunga?" tiba-tiba jantungku berdebar. Bunga Flanel kah yang dimaksud ibuku, ingin ku sebut nama kau saat itu juga, tapi sepertinya bukan kau yang ibuku maksud. Bukan bunga darimu.
"Bunga yang di dalam kaca yang besar itu mah?" aku menatap wajah ibuku.
"Iya"
"Itu dari J temen semarang"
"Yang dateng ke wisuda hilal ya, yang katanya temen sekelas di undip dulu?"
"Iya, dulu 1 kelas mah pas di undip."
"Oh jadi yang ngasih bantal si Y yah?" mengulang nama itu lagi.
"Iya"
"Dia orang mana?"
"Orang Jakarta"
"Kenal Y darimana?" (Pertanyaan yang cukup sulit untuk ku jelaskan)
Malam itu rasanya ingin ku bilang (hhhh jangan tanya-tanya soal Y lagi mah pleaseee :( orangnya udah ke laut tenggelam atau mungkin udah di makan hiu -_-)
"Ada mah pokoknya kalo si Y itu mama belum kenal sama sekali, hilal belum pernah ceritain dia ke mama" Sambil cepat-cepat aku merapihkan tas dan kembali ke kamar.

*Aku menarik nafas panjang*
Ku penjamkan mata lalu ku tatap langit-langit kamar.

"Apa yang salah denganmu?" bisik ku pelan
"Mama tak menyebut namamu sama sekali"

Bukan karna lupa padamu, aku tahu mama tak akan pernah lupa namamu. Mama hanya tak ingin menyebut namamu. Aku diam, tak ada yang menjawab pertanyaanku selain suara jangkrik yang ku dengar dari luar kamar.
hhhhh

***
Malam lalu kau bilang padaku.
"Perempuan baik jaman sekarang itu jarang............"
"Apalagi yang kaya kamu". lanjutmu sambil menatap dalam jalanan yang agak sedikit basah karna gerimis.
"Aku kenapa?" kataku berusaha menemukan tatapanmu.
(kau tak menjawab)
"Perempuan baik banyak ko, temen-temen aku semuanya baik-baik hehe". ku lempar senyum padamu sambil membela kaum ku.
"Aku mau suatu hari nanti, aku capek pulang kerja ngeliat kamu ada dirumah". Nada suaramu menjadi sedikit lebih rendah.
Kali ini aku yang diam, aku menelan ludah tanpa menatapmu. Aku menundukkan kepala tanpa menjawab apa yang jadi mau mu. Aku hanya...
(bagaimana bisa seseoarang yang pernah melewatkan ku mengatakan hal seperti itu, aku bahkan pernah menangis karnanya. Allah memang luar biasa membolak-balikan hati manusia. Tapi dari sinilah aku sadar, bahwa ini bukan sesuatu yang menyenangkan untuk ku dengar. Masih ada banyak hari dan tahun yang harus ku lewati, dan bisa saja Allah membalikan kembali hatimu).
"Kalo nanti ternyata kita udah ketemu jodoh kita masing-masing, kita gak bakal bisa ngbrol kaya gini lagi. Jangan pernah cari aku lagi ya" suaraku kelu.

Disambut hujan yang kembali deras. Hujan malam itu seakan membawa kesedihan bagiku.

Kau tahu, satu-satunya alasan kenapa aku masih saja menemuinya adalah aku masih ingin terus mengingatnya sampai nanti akan tiba waktunya aku tak bisa lagi mengingatmu. Aku selalu berdoa semoga laki-laki yang bersamaku kelak adalah ia yang paling sabar menerimaku, adalah ia yang paling menyayangiku bahkan diatas kelemahan-kelemahanku saat ini. Semoga,,, entah siapa laki-lakinya, ku harap akan datang laki-laki pemberani yang bisa membawaku jauh dari keadaan yang rumit ini.

Rumah, 2 November 2017




Comments

Popular posts from this blog

Menulis Kembali

Menyayangimu :)