Mimpi
Saat lulus, hampir seluruh keluarga meng-amin-kan doa-doa yang
mendorong saya untuk menjalankan usaha (bisnis) yang saya bangun dari banyak
ketidaktahuan. Tapi, saya sibuk doa sendirian dalam hati “Tuhan, kasih saya
kesempatan untuk terus belajar dari apa yang lebih saya sukai, tanpa maksud
menjadi manusia yang kurang bersyukur.”
Bahwa Allah benar-benar memberikan yang paling terbaik.
Kalau saja satu tahun lalu saya tidak sabar dan langsung bekerja
dengan semua mimpi-mimpi saya, maka mustahil sekali rasanya bagi saya punya
usaha. Bahkan untuk sekedar berinovasi soal produk pasti saya lebih memilih
beristirahat untuk kemudian bangun di pagi hari menikmati macetnya ibukota
bersama seratus mimpi yang saya bawa pada pundak saya. Dan sekarang saya ada
disini, dengan punya kedua-duanya.
Mereka bilang saya beruntung, perihal lingkungan baru,
teman-teman baik yang saya miliki, dan usaha yg lancar katanya juga adalah
anugrah. Rezeki saya sangat baik (katanya, dan ku aminkan itu). Padahal bukan
rezekinya tapi niatnya. Karna jauh sebelum hari ini, ibuku selalu berpesan.
“jangan pernah bekerja dengan niat mencari uangnya, uang bisa selalu dicari tapi
keberkahan belum tentu. Bekerja lah dengan penuh berkah. Ilmu yang bermanfaat
tanda-tanda rezeki yang berkah, maka cari ilmunya. Rezeki yang berkah akan jauh
lebih bermanfaat dan bisa di rasakan oleh orang lain”. -ibuku, waktu aku masih
menjadi mahasiswi kos-kosan biasa :)
Alhamdulillah, Allah Maha Baik 😊 untuk
24 tahun saya. Memasuki 25 tahun semoga bisa sekolah lagi, bukan untuk saya
tapi untuk Aurora kecil karna Aurora butuh ibu yang bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaannya kelak hihi aamiin :))
Rumah, 6 Mei 2018
Comments