Bulan Mei yang basah

Gedung-gedung menjulang tinggi, ranting-ranting yang basah dan hingar bingar klakson bersahutan.
Pagi ini jakarta hujan, rumah sampai kebayoran baru, suasana yang ku temui tampak sama. Yang berbeda hanyalah udara lebih dingin dari yang biasanya, dari dalam bis ku lihat embun perlahan mencair seperti lelehan air mendidih pada wadah yang tertutup. Ku lihat Jam menunjukan pukul 08.57 menandakan aku terlambat nyaris 1 jam. Tak lama handphone di tas berdering. Tanda pesan singkat masuk.
p : “jire, (ini panggilan dari bahasa arab artinya tetangga, sebutan yang digunakan untuk temen satu kamar). jire ada yang mau ta’aruf”.
h : “siapa?” kataku.
p : “temennya si nida.”
h : “loh ko temennya nida kenal?”
p : “iya jadi temennya nida minta tolong tanyain lewat gw. temennya mau taaruf sama lu.”
h : “tau dari?” tanya ku heran (lagi).
p : “instagram. dia follow lu, tp gak di follback.”
h : “masa sih” jawabku singkat.
p : “dia orang baik-baik kata nida. lulusan cairo mesir, lumayan kan”. putri (temen paling akrab sejak 2006)
h : “oh mesir”
p : “dia mau bertemen dulu, gpp kl lu ga suka yang penting bisa temenan”.
h : “gitu ya”. jawabku seadanya.

——
2 minggu kemudian

p : jire dia dm gw tau, nanya-nanya lu katanya di wa sama dm lu ga bales-bales. dia masih di mesir kayanya.
h : perasaan udah dibales. tapi cuma sekali.
p : mana coba liat, bales gimana? dia ngomong apa?
h : bentar, di cari dulu chatnya.
(sambil mencari-cari dm dan chat)
p : mana jire ini semua ga lu bales, (sambil menggenggam handphone ku, membaca satu persatu chat yang masuk)
h : eh perasaan udah di bales ko hehe :’)
p : mana, lu kacangin semua chatnya.
h : eh beneran tapi pernah dibales sekali. di dm instagram apa ya, terus yauda deh ga di bales-bales lagi. hehe

kemudian sampai dengan detik ini dan hari ini, aku masih tak banyak merespon. Alasannya sederhana. Walau kadang-kadang pada banyak kesempatan aku melewatkan beberapa laki-laki hanya karna belum sepaham itu caranya berkomunikasi dengan orang-orang baru. (Atau aku yang tak pernah selesai dengan diriku sendiri).

Tak lama setelahnya, handphone ku berdering lagi. Kali ini datang dari kaka kelas waktu aku pesantren. Sudah 12 tahun yang lalu, tapi rasanya seperti baru kemarin.
“Assalammualaikum hilal, masih inget kaka ga?” (Sebuah DM masuk diurutan teratas)
“Iya ka, ada apa?”
“Kaka punya sodara, mau ta’aruf. Hilal S2 ya?”
“Aku S1 ka”.
“Sodara kaka namanya ustadz ... dia lulusan S2 Malaysia”.
“Oh gitu ka” (lagi dan lagi seperti biasa, aku memang selalu menyebalkan karna tidak pernah pandai basa basi, dengan segera ku log out akun instagram ku. Walau beberapa detik sebelumnya sudah ku lihat DM baru yang masuk, dari nama yang belum familiar. Dan tentu saja tidak ku respon (lagi).

Perihal Instagram.
Entah ini sudah yang keberapa, yang pasti ini sudah kesekian kalinya buatku. Mungkin aku butuh jeda untuk memenuhi ruang-ruang di instagram atau juga sosial media lainnya. Mungkin. Setelah banyak hal yang bisa ku lakukan disana. Rasanya ingin menepi untuk beberapa waktu, karna pada akhirnya beberapa yang pergi justru membawaku pada orang-orang baru yang hadir tanpa ku undang. Atau ku undangan dengan tanpa sengaja. Kalau sudah begini, seperti ingin menyalahkan diri sendiri.



Comments

dek bolep said…
Semacam blm siap gitu ya lal? Aku bbrp kali ada yg ngenalin juga, tp aku tolak. Kalo ditanya alasannya knp, bingung juga.

Tp gaperlu nyalahin diri sendiri kok lal. Perasaan emang gbs dipaksa hhe.
embun perlahan mencair seperti lelehan air mendidih pada wadah yang tertutup
Yose Suparto said…
Yukk mulai TRADING ONLINE bersama HASHTAG OPTION Ada BONUS untuk anda.
BONUS 10%** T&C Applied untuk Depo pertama.
Minimal Depo hanya 50.000,-
Proses Deposit yang mudah via bank lokal dan withdrawal yang cepat.
Hayooo Daftar sekarang juga, kunjungi website kami di https://tinyurl.com/ybbqpyst

Popular posts from this blog

Menulis Kembali

Menyayangimu :)