Tentang Seseorang
“Assalammualaikum dek, lagi
dimana?” satu pesan singkat sore itu.
Sore itu, aku sedang di Singapore untuk beberapa hari kedepan yang kebetulan karena aku dinas untuk menghadiri meeting penataan ruang juga
transportasi publik disana dan percayalah aku tidak membawa dollar sama sekali
waktu itu.
Iya aku sama sekali tidak
prepare, bahkan paspor ku jadi H-1, aku berangkat paling terakhir diantara
teman-temanku yang lainnya karena masih banyak perkerjaan yang tidak bisa ku
tinggalkan (sebenarnya).
***
2 minggu sebelum keberangkatan,
aku benar-benar hectic soal dekonsentrasi, bencana palu, dan masih banyak lagi
add work di akhir tahun ini. Disaat itu juga ada dinas ke Batam, dilanjut
Singapore. Aku ingat paspor lama ku hilang entah kemana waktu aku pindahan di
bandung. Dengan rasa malas, aku memutuskan untuk izin tidak berangkat ke
singapura. Tapi teman-teman kantor ku memaksa untuk ikut.
“Dek, awas lo ga ikut. Ga gw
tegur 1 bulan” kata mas yuda.
“Yud, kalo hilal ga ikut aku juga
ga ikut. Nanti selesai acara kita nongkrong aja di Batam hilal” sambung mas
wisnu.
“Iya, aku juga ga ikut mba ga
seru” disambung yang lainnya.
yang justru menjadi beban
untukku, jadi mau-tidak mau aku harus benar-benar mengurus paspor ku dalam
waktu yang super singkat :’)
1 minggu setelahnya, atasan ku
menanyakan soal paspor ku.
“Gimana hilal paspornya”
“Oh iya pak, saya belum urus”
“Segera di urus ya”
“baik pak”
dengan setengah perasaan ga
mungkin paspor ku jadi dalam waktu singkat.
Hari Rabu, aku coba mendatangi
salah satu kantor imigrasi di Jakarta Pusat ditemani mas yuda. Seharian aku
menunggu antrian, jam 4 sore masuk foto dan sidik jari tapi gagal karna status
paspor ku hilang. Itu berarti prosedurnya tidak sama dengan pembuatan paspor
baru. Akhirnya aku pulang, dengan perasaan “yaudah lah ga perlu di urus”.
“Mas yuda, gw males ah
ngurus-ngurus kaya gini. Gw ga ikut ya, gapapa kalian aja. Beneran sumpah”.
kataku sambil menunjukan dua jari sebagai tanda ‘peace’.
“Lu gimana sih dek, udah gw
tungguin sampe sore juga, gw ga mau tau pokoknya lu harus urus lagi. Lu tuh
harus believe”. Katanya dengan semangat.
Well,,,karna hal itu akhirnya
sebelum pulang aku kembali ke loket di lantai 1. Sampai sana aku menanyakan
pegawai loketnya
“Mba aku mau urus paspor yang
hilang. Prosedurnya gimana ya” kataku sambil mengeluarkan pulpen dan buku
catatan.
“Bawa berkas-berkasnya mba”.
Sambil menjelaskan panjang lebar. Tiba-tiba :
“Mba, aku tuh kaya pernah liat
kamu deh tp dimana ya”.
Aku diam tak menjawab. Aku
mencoba mencatat semua persyaratannya saja.
“Mba beneran deh aku kaya pernah
liat kamu, kemudian dia menyebut nama temanku”.
“Oh iya aku kenal, kamu
temannya?”
“Iya mba, foto mba ada di hp aku.
Makanya aku nyari-nyari dulu barusan, dia pernah ngirim foto mba”
“Oh gitu” aku tertawa. ternyata
mba-mba loket itu salah satu followers di akun ig pribadi ku dan salah satu
murid ibu ku. Hmm dunia sempit sekali :)
Dari list persyaratan ada 1 yang
tidak bisa ku penuhi yaitu fotocopy paspor lama.
“Mba aku ga punya fotocopyan
paspor lama. Gimana ya”
“Kamu bikin paspor dimana?”
(Lalu aku menyebutkan kantor
imigrasi tempat pertama kali aku bikin paspor yang kebetulan masih di jakarta)
“Gini aja mba, papa aku kan kerja
disana. Nanti fotocopyannya aku mintain papa aku ya. Nanti mba kesini lagi”
Hari itu rasanya benar-benar
senang karna jalannya mudah.
Hari selanjutnya aku mengurus
surat kehilangan ke polres, selang 2 hari yaitu hari Jumat aku kembali ke
kantor imigrasi.
Disana sesuai prosedur aku
melakukan BAP. Sekitar 2 jam, namun hasilnya tidak bisa langsung diterima.
Sedangkan Hari kamis diminggu depannya merupakan jadwal keberangkatan ku ke
batam. Alhamdulillah proses BAP bisa cepat selesai hanya 2 hari kerja dari yang
semestinya kurang lebih 1 minggu / 10 hari kerja. Waktu itu hari jumat, dan
selasa aku diminta untuk kembali kesana.
Selasa,
Hari selasa aku kembali ke kantor
imigrasi mengambil hasil BAP dan melakukan proses wawancara juga foto. Setelah
selesai, aku izin untuk mempercepat pembayaran dan cetak paspor. Prosedurnya
harus melampirkan surat tugas, kemudian aku diarahkan kedalam ruangan staf dan
kepala bagian. Disana aku di wawancara oleh atasan imigrasi (sepertinya) karna
ruangannya berbeda dengan ruang wawancara biasa. Ruangan yang terdiri dari
sekat-sekat kubikal seperti dikantor ku. Hari itu akhirnya aku bisa melakukan
pembayaran paspor. Esoknya aku kembali lagi untuk mengambil paspor.
Rabu
Pagi itu aku berangkat langsung
dari rumah menuju kantor imigrasi. Dengan perasaan berdebar dan cemas, karna
khawatir paspor tidak bisa di cetak, sedang pesawat ke batam sudah di issued.
Sampai dikantor imigrasi aku menuju satpam, menanyakan beberapa hal terkait
pencetakan paspor. Oleh satpam diarahkan ke ruang belakang dengan pintu kode rahasia
dan masuk ruang staf imigrasi (seperti hari kemarin). Hatiku semakin tidak
karuan, karna ku pikir hanya perlu menunggu di ruang tunggu seperti pemohon
lainnya. Disana aku bertemu dengan beliau. Sepertinya beliau pejabat imigrasi
disana yang hari kemarin aku sempat di wawancara khusus olehnya.
“Paspornya mau di cetak ya mba”
“iya pak, saya yang kemarin.
Kemarin siang katanya bapak ikut pelantikan ya pak? “Sambung ku memulai
percakapan
“Iya mba, aduh maaf sekali ya
mba.”
“Hehe iya pak, gpp pak.”
“hari ini sudah di naikan untuk
cetak, jadi sekitar jam 11 ya paspornya jadi. Gapapa kan?”
“Iya pak gapapa, berarti saya
boleh menunggu aja ya pak diruangan depan”
“Oh iya boleh, boleh. Silahkan”
“Baik pak, terima kasih banyak pak.”
Perasaan legaa sekali, aku keluar
ruangan itu dan menuju ruang tunggu, seperti pemohon paspor yang lainnya.
Baru sekitar 5 menit aku duduk.
Dari kaca, terlihat 2 laki-laki yang sepertinya berumur tidak jauh diatasku
lengkap berseragam biru dengan beberapa lencana diseragamnya khas imigrasi.
Mereka menunjuk-nunjuk ke arahku.
Aku sempat melihatnya, mereka
tersenyum dan tertawa. Tapi ku abaikan.
Selang 5 menit, nama ku
dipanggil.
Tapi samar-samar, karna ibu
penjaga loket tidak bisa melafalkan nama ku. Ku pikir sesuai arahan menunggu
sampai jam 11. Oleh karna itu, aku tidak menuju ke loket pengambilan paspor.
Tidak lama setelah itu, dari kaca loket muncul beliau. Dari balik kaca, beliau
menyuruh ku masuk ruangan kembali. Kembali aku heran dan bingung ditambah
cemas.
Ternyata pemikiranku benar bahwa
beliau merupakan salah satu pejabat yang punya wewenang disitu. Jadi untuk
masuk ke tempat staf, aku dikawal karna pintu masuknya dibelakang dan
menggunakan kode-kode. Sesampainya diruangan, aku dipersilahkan menunggu di
dalam. Sempat sungkan karna aku bolak-balik ruangan itu melalui pintu khusus. Diruangan
itu banyak sekali staf imigrasi.
“Ayo mba, silahkan duduk”
“Oh iya pak”. (Kemudian aku
duduk)
“Hilal umur berapa?”
“25 pak”
“Kerja dimana”
(Aku menyebutkan kantor ku)
“Sudah lama kerja disitu”
“Emm.. engga pak, saya baru. Baru
mau 1 tahun”
“Sudah nikah?”
“Belum pak”
“Sudah punya calon belum?”
aku sempat bingung karna
pertanyaannya tidak biasa.
“Kenapa pak” kataku dengan nada
heran.
“Ada yang mau kenalan, namanya
.... (beliau menyebutkan nama seseorang).
Aku diam.
“Dia orangnya baik, alim, dan
pinter banget. Dia IT disini, pinter pokoknya”.
*aku masih diam*
“Nah tuh dia, tinggi banget
orangnya”. (beliau menunjuk ke luar).
Aku menoleh melihat ke arah yang
bapaknya maksud. Kembali aku diam dan benar-benar bingung sendiri.
“Kalau mau, boleh ga minta
kontaknya hilal” sambung beliau. Tak lama beliau memanggil laki-laki itu.
Kemudian laki-laki itu menuju ke
tempatku.
“Siap pak, (sambil memberikan
penghormatan kepada bapaknya) ada apa pak?” Suaranya tegas.
Laki-laki tinggi gagah lengkap
dengan seragam biru Ditjen Imigrasi dan beberapa atributnya berdiri disamping
tempat duduk ku.
Kami berdua menghadap beliau.
“Hilal ini .... dia punya niat
baik mau kenal hilal.”
(Rasanya ingin sekali aku
tenggelam saking malunya). Dia mengulurkan tangan, aku membalas jabat tangannya
dengan tanpa bersentuhan.
“hilal” kataku
“hilal tinggal dimana?” Katanya
“bintara” jawabku
“Searah itu sama bandung
deketlah” sambung beliau
“Oh tinggalnya dibandung mas”
kataku.
“Iya di bandung, tapi bukan bandung
kotanya. Saya di padalarangnya.” Dia tersenyum
“Oh gitu” kataku, sambil tak tahu
lagi harus bahas apa.
“izin pak, kalau boleh mau minta
kontak hilal”. katanya dengan tegas.
“Tuh, boleh ga hilal minta
kontaknya” kata beliau
“Maaf pak, saya belum biasa”
kataku
“Maaf pak, nomer kontak orang
tuanya juga boleh”. katanya lagi.
Sontak seisi ruangan itu ramai,
meneriaki, memuji dan lain-lain
Ternyata semua mendengarkan
obrolan kami bertiga. Aku benar-benar malu luar biasa hari itu.
Kemudian tak lama, dia izin
kembali untuk bertugas.
“Izin pak melanjutkan tugas
kembali”. katanya dengan sambil menegakkan badannya (seperti pemimpin upacara)
“Oke silahkan”. Kata beliau
Dia berlalu..
“Jadi gimana hilal boleh ga saya
kasih kontaknya” beliau melanjutkan pertanyaan.
Aku tidak menjawab, ingin
menolaknya tapi bingung cara menyampaikannya.
“Pak maaf itu paspornya sudah
jadi ya pak” aku melirik paspor di meja.
“Oh iya, ini paspornya sudah
selesai. Bisa tanda tangan disini yah dan tinggalkan no hp setelah nama”. Kata
beliau
“Harus tulis no hp ya pak hehe”
“Iya harus”
“Boleh ga pak kalo ttd aja hehe”
“Di formulir ini udah ada
nomernya pak” sambungku lagi
“Ini betul nomer kamu?” Tanya
beliau, sambil membalikan formulir yang sudah ku isi, waktu pertama kali aku
datang ke kantor imigrasi ini.
“Iya pak itu nomer saya”
“oh yasudah. Ini paspor kamu ya” Sambil
menyerahkan paspor.
Aku merapihkan tas dan pamit
untuk pulang,.. setelah hari itu, ku pikir tidak ada hal serius. Ternyata 3
hari setelahnya orang itu benar-benar menghubungiku.
Sama halnya seperti mas-mas lain
dikantor ku. Hmm beberapa memanggilku dengan sebutan dek, padahal aku bukan
yang paling kecil. Masih banyak teman-teman sepantaran denganku, tapi entah
kenapa cuma aku saja yang dipanggil dek -_-
Ia memanggilku dengan panggilan
yg sama. Ia— seorang lelaki berseragam kanwil imigrasi pusat, lulusan S2 UI,
dan ternyata ia pernah sekolah di salah satu STM Pembangunan di Cimahi Jurusan Teknik
Komputer dan Jaringan.
***
1 minggu setelahnya dia ingin
bertemu tapi seperti biasa, aku susah untuk menerima tawaran dari laki-laki
yang baru ku kenal. Jangankan yang baru ku kenal, yang sudah bertahun-tahun
mengenalku pun tidak mudah untuk ku penuhi tawarannya.
Sulit.
dan begitulah aku.
bahkan bisa ku hitung dengan jari
berapa kali aku menerima tawaran laki-laki yang ingin bertemu, tapi tak bisa ku
hitung dengan jari berapa kali aku menolak laki-laki. Kadang-kadang aku memang
keterlaluan L
***
Beberapa minggu berlalu sampai
siang kemarin, ada telfon dari gofood katanya ingin mengantar makanan.
Padahal aku tidak memesan makanan. Aku sedang berada di acara dan tidak
mengaktifkan paket data ku. Setelah menerima telfon dari gofood, aku
menyalakan hp ku. 1 pesan singkat muncul.
“Jangan pesen makan siang ya”
Ternyata dia yang mengirimkan
makan siang itu. Setelah beberapa kali aku meminta maaf tidak bisa bertemu.
Terakhir dia ingin menemaniku belajar tes cpns, dan memberikan buku latihan
cpns. Buku itu aku terima dengan dibungkus kado. Dia yang membungkusnya sendiri
(katanya). Dikirim pagi-pagi sekali ke kantor ku dengan jasa gosend. Dan
makanan ini katanya hanya untuk memastikan aku sudah makan siang.
Kami jarang berkirim pesan, dan
aku jarang membalas pesan-pesan chat dari laki-laki kalau tidak ada hal yang
penting sekali.
Menutup tahun 2018, aku merasa
Allah banyak sekali mengirimkan orang-orang baru untuk ku. Tidak ada yang pasti di dunia ini, kecuali Janji Allah. Semoga
siapapun yang datang, Allah hanya memudahkan 1 nama. Aamiin..........
Rumah, 11 November 2018
Comments